" Assalamu'alaikum... "

Moshi-moshi...

Ahlan wasahlan... :)

Jumat, 19 Oktober 2012

MEMAHAMI SUARA HATI

Suara hati adalah perasaan yang selalu menginginkan hidup tenang, damai, transparan, adil, dsb. Menurut Dr. Kate Ludeman dan Dr. Gay Hendrik suara hati adalah sifat sufisme yang tertanam dalam jiwa seseorang. Sedangkan menurut Prof. Dr. N Dryakara, S.J Suara hati manusia adalah suara allah swt yang memiliki sifat asmaul husna yang terekam dalam jiwa manusia. Jadi suara hati (God Spot) adalah fitrah manusia terdalam yang tidak dapat dinisbikan oleh siapapun, karena merupakan sumber kebenaran hakiki dan merupakan suara tuhan yang terekam dalam jiwa manusia, Jalaludin Rumi mengatakan mata hati memiliki kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada dua indera penglihatan. Namun realitasnya tidak jarang manusia mengalami kebingungan atau kegagalan dikarenakan berbagai alasan hal ini menurut Ali shariati  bahaya yang paling besar yang dihadapi manusia zaman sekarang. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan proses penjernihan emosi yaitu proses untuk mengantisipasi dan menjernihkan hati dan pikiran yang mungkin sering membelenggu kita, baik secara disadari maupun tidak. Minimalnya ada 7 faktor yang dapat membelenggu suara hati (God Spot/fitrah) : 
  • Prasangka negatif, sehingga seseorang tidak mampu merespon positif dan kooperatif dalam menciptakan sesuatu yang bermakna
  • Prinsip yang salah/egois akan mengakibatkan kehancuran lahiriah dan batiniah karena tidak sesuai dengan fitrah ilahiah
  • Merasa memiliki pengalaman yang lebih, sehingga terkadang memandang orang lain kurang bernilai
  • Demi kepentingan dan prioritas sering menjadikan berfikir dan bertindak tidak sesuai dengan kehendak allah swt
  • Sudut pandang yang negatif dalam menilai sesuatu
  • Membuat perbandingan yang salah, sehingga tidak mampu menilai sesuatu apa adanya
  • Pengaruh literatur berupa sumber-sumber bacaan, tontonan, dan sumber informasi lain yang tidak sesuai dengan fitrah dan dicerna tanpa dikaji ulang. 
Sumber : (Buletin Rabbani, Djaffar Efendi S.Ag)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar